Teringat jaman masih kuliah s1 dulu, ada mata kuliah yang namanya Pengembangan Produk. Dalam mata kuliah itu, kami pernah di kasih tugas untuk jalan-jalan ke supermarket, mencari produk yang menarik buat kita dan mendeskripsikannya mengapa kita suka sama produk itu atau mengapa produk itu menarik buat kita.
Bukan hanya karena tugas itu, tapi memang juga keran saya suka mencoba hal baru, terutama makanan. (jelas donk ya… saya kan food technologist!!! ;p)
Beberapa hari yang lalu saya ke sebuah supermarket dan menemukan produk yang menarik buat saya.
Namanya Rice Dream
Rice dream adalah minuman siap minum yang terbuat dari beras!! Minuman siap minum ini dikemas dalam kemasan Tetra Pack. Pertama kali lihat, saya bertanya-tanya dalam hati. Terbuat dari beras?? Di kemasannya tertulis bahwa ini murni dan sumber alami untuk energi yang bergizi bagi tubuh dan penting. 100% natural, low fat, source of calcium, suitable for vegetarians and vegans, produced in a nut free environtment. Produk ini hanya tersedia dalam rasa coklat.
Berdasarkan informasi dari kemasannya, maka target pasar produk ini adalah untuk para vegetarian dan vegan yang tidak mengkonsumsi air susu. Cara mengkonsumsi produk ini cukup dengan mengocoknya sebelum dibuka dan bisa langsung diminum kapan saja. Jika produk tidak dihabiskan setelah dibuka, maka harus disimpan dalam lemari es dan sebaiknya dihabiskan dalam waktu 7 hari. Produk ini tidak cocok digunakan sebagai formula untuk makanan bayi.
Komposisi produk ini adalah air, beras (7%), gula tebu, cokelat (0,85%), minyak bunga matahari, kalsium karbonat, pengental: guar gum dan xanthan gum, garam laut, dan aroma alami.
Ketika dicoba, ternyata ini adalah air tajin yang diberi rasa cokelat!! JAdi inget mama.. Dulu kalo lagi diare atau lagi sakit, biasanya dikasih air tajin 😉
Produk ini semakin menarik buat saya karena produk ini diklaim sebagai sumber kalsium. Kalau memang beras adalah sumber kalsium yang tinggi, seharusnya masyarakat Indonesia tidak banyak yang mengalami osteoporosis karena mereka makan nasi yang mana cara mereka memasak nasi, mereka tidak membuang airnya dan membiarkan air terserap ke dalam nasi.
Menurut Yoenoes dan Putra (2010), kadar kalsium yang diperoleh dari hasil analisis pada masing-masing sampel yaitu 121,75 ± 2,25 mg/100 ml untuk air susu sapi; 107,28 ± 0,50 mg/100 ml untuk air susu sapi kemasan dan 1,96 ± 0,02 mg/100 ml untuk air tajin. Air tajin tuh kalsiumnya sedikit banget dibanding air susu.
Selain itu produk ini tidak cocok untuk formula makanan bayi. Padahal air tajin di Indonesia sering diberikan pada bayi sebagai pengganti air susu sapi bagi keluarga miskin (meskipun ini adalah salah karena air tajin tidak bisa menggantikan air susu). Tapi yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dengan mengkonsumsi air tajin, bayi-bayi itu baik-baik saja.
Setelah dibaca lagi dengan seksama pada kemasan produk ini, ternyata memang produk ini ditambahkan kalsium karbonat sebagai sumber kalsium. Pantas saja tidak cocok untuk bayi. Tapi ya seharusnya tidak meng-klaim bahwa produk ini adalah sumber kalsium karena akan membuat orang berpikiran bahwa air tajin ini adalah sumber kalsium, padahal kenyataannya kalsium pada air tajin hanyalah sebanyak 1,96 ± 0,02 mg/100 ml.
Meskipun begitu, produk ini tetap menarik buat saya karena saya menemukan produk ini di negara yang tidak banyak mengkonsumsi beras. Pertanyaanya, apakah ini produk samping dari produksi rice pudding?? Rice pudding adalah makanan penutup yang juga sudah diproduksi secara industri.