Kamis, 27 Mei 2010
Johnny tertinggal karena keasyikan main di pasir yang menyerap kaki (semacam lumpur hidup, tapi gak separah itu)
Pada tanggal 16 Juni 2006, perdana menteri Perancis dan pihak regional yang berwenang mengumumkan sebuah proyek bernilai 164,000,000 € (Projet Mont-Saint-Michel) untuk membangun sebuah bendungan hidrolik menggunakan air pasang sungai Couesnon dan untuk membantu menghilangkan akumulasi pasir yang diakibatkan oleh pasang surut air laut. Hal ini diproyeksikan akan selesai pada 2012.
Pembangunan bendungan dimulai pada tahun 2009 dan sekarang telah lengkap. Proyek ini juga mencakup kerusakan jalan yang telah dibangun di atas jembatan tanah kecil dan diperbesar untuk menggabungkan pulau Mont St. Michel itu dengan pulau besarnya. Selain itu pelebaran jalan itu juga dimaksudkan sebagai tempat parkir bagi pengunjung. Namun hal ini akan digantikan oleh jembatan ringan yang tinggi, di mana air akan mengalir dengan lebih bebas dibawahnya, dan yang akan meningkatkan efisiensi operasional bendungan sekarang, dan pembangunan tempat parkir lain di daratan. Di masa yang akan datang, pengunjung akan menggunakan angkutan kecil untuk menyeberangi jembatan masa depan yang masih akan terbuka untuk pejalan kaki.
Mont-Saint-Michel dan teluknya masuk ke dalam daftar UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1979, dan itu terdaftar dengan kriteria seperti budaya, sejarah, dan signifikansi arsitektur, serta hasil cipataan manusia dan keindahan alam.
Pasang surut di daerah ini cepat berubah, dan telah dijelaskan oleh Victor Hugo sebagai “à la vitesse d’un au galop Cheval” atau “secepat kuda berlari”. Gelombang dapat sangat bervariasi, di sekitar 14 meter (46 kaki) antara tanda air yang tinggi dan rendah. Populer dijuluki “St Michael dalam bahaya dari laut” oleh peziarah abad pertengahan membuat jalan mereka melintasi dataran, gunung masih dapat menimbulkan bahaya bagi pengunjung yang menghindari jalan lintas dan berusaha berjalan berbahaya di pasir dari pantai tetangga.
Pasang surut dan banjir sesekali menciptakan padang rumput dengan kadar garam tinggi yang ideal untuk domba yang sedang merumput. Domba yang makan rumput asin ini menciptakan rasa yang khas dan lezat pada dagingnya sehingga mahal harganya. Daging ini dapat ditemukan di menu khas restoran lokal yang pendapatannya bergantung dari banyaknya pengunjung ke mount.
Begitu sampai di Mont St. Michel, kita makan siang dulu sambil menikmati indahnya pulau itu dari jauh. Selesai makan, tepat waktu untuk kita berkumpul untuk melakukan jalan ke Pulau Tombelaine, pulau yang terletak di sebelah utara Mont St. Michel. Untuk jalan kaki ke Pulau Tombelaine ini kita harus di pandu oleh pemandu jalan karena kalau tidak, kita gak pernah tahu kapan air pasang akan datang, selain itu banyak juga pasir yang seperti lumpur hidup, jadi kita harus hati-hati dan pake pemandu. Kita sudah memesan pemandu ini lebih dari seminggu yang lalu. Kita ambil jalur jalan kaki yang hanya 7km PP, ada lagi yang jalurnya 13 km!! Fiuh!! Setelah semua peserta jalan kaki ke Pulau Tombelaine berkumpul, kita mulai jalan kaki. Kita beruntung karena pemandu kita ini bercerita banyak tentang Mont st Michel dan Pulau Tombelaine. Meskipun pemandu ini berbahasa Perancis, tapi Pauline dengan sabar dan baik hati menerjemahkannya ke bahasa inggris untuk kita. Pulau Tombelaine ini tak berpenghuni karena saat air laut pasang, pulau ini tertutup air hampir 1/3-nya. Yang mengagumkan dari pulau ini adalah ada banyak jenis burung di pulau ini.
Selesai jalan kaki 7 km, kita cuci kaki dan keliling Mont St. Michel. Memang dasar tempat pariwisata, harganya muahal-muahal banget!! Disini aku beli kartu pos jerapah.
Pulang dari Mont St. Michel, aku ketiduran di mobil karena kecapekan. Pauline ngajak kita muter2 kota Caen lagi pake mobil, ngasih liat ke Johnny karena Johnny besok sudah pulang. Aku yang masih setengah sadar gitu. Abis dari Caen, kita mampir ke Kompleks pemakaman tentara Kanada dekat rumah Pauline. Komplek pemakaman tentara Kanada ini tidak sebesar komplek pemakaman tentara Amerika. Nisannya tidak berbentuk palang, melainkan berbentuk kotak. Aku merasa tidak asing disini karena bentuk nisannya seperti pemakaman di Indonesia.
Sampai rumah, kita ganti baju dan beberes, lalu nyiapin makan malam. Menu makan malam kali ini adalah serba seafood. Aku juga diajarin bagaimana cara membuka tiram (oyster) hidup sama Alice. Cara membuka tiram hidup adalah dengan menggunakan pisau kecil di tangan kanan, lalu pegang tiram dengan serbet di tangan kiri. Dari pangkal oyster tersebut, cari celah yang memisahkan kedua cangkang dengan pisau lalu goyang-goyangkan pisau tersebut hingga menemukan tempat yang cocok, berbunyi klik. Kalau sudah berbunyi, berarti sudah terbuka, tinggal digaret dengan pisau supaya dagingnya terlepas dari cangkangnya. Beri perasan jeruk lemon, siap dihidangkan!! Pas diberi perasan jeruk lemon, tiramnya masih bergerak. Tiram ini langsung dimakan begitu saja sebagai makanan pembuka. Untuk menu utamanya ada udang besar dan udang kecil yang direbus dengan garam dan bawang putih saja, kepiting, keong laut, dan ikan anchovy yang direndam berbagai saus. Ada yang direndam dalam minyak zaitun, cuka, dan saus paprika. Ikan anchovy ini termasuk keluarganya ikan teri, tapi lebih besar, sebesar jari telunjuk papa/miko. Keong laut ini dimakan dengan saus mustard yang dicampur minyak zaitun. Enaaaaakkkk banget!!! Ya Alhamdulillah semuanya bisa dimakan. Aku paling suka keong lautnya!! Super deh!!! Makan keong lautnya pake garpu special yang kecil banget. Dengan garpu special itu, semua dagingnya bisa copot. Aku habis banyak banget keong laut ini. Yang paling istimewa memang tiram hidup itu. Rasanya sih biasa aja. Gak amis karena pake perasan lemon. Rasanya gurih. Cuma gak tega banget nelennya karena inget kalo ini masih hidup!! >,,< Sebagai pendamping dari berbagai menu berprotein hewani, dihidangkan pula menu berprotein nabati. Legum yang dimasak dengan berbagai rempah-rempah asing. Rasanya cukup kuat dan agak aneh buat aku, tapi lumayan lah.. bisa masuk, tapi gak mau banyak-banyak ;p. Namanya couscous. Salad juga tak pernah ketinggalan. Makanan penutup kali ini adalah rice pudding. Rice pudding adalah beras yang direbus dengan susu segar berlebih sampai mendidih, ditambah sedikit gula dan bubuk kayu manis, lalu dioven hingga matang kecoklatan. Pauline pernah beberapa kali bikin ini di rumah Gasmeterlaan dan aku suka dan karena aku suka, dia sering bikin. Tapi bikinan mammon sekarang ini bikin aku bengong!! Terperanga!! Terperanjat!! Oh My God!!! Enak banget!!! Jauh lebih enak dari bikinan Popo. This is the best rice pudding ever!!! Aku sampe heran banget!! Apa yang bikin beda?? Kan bahan-bahannya sama aja? Cuma beras dan susu. Jawaban Popo, susunya yang berbeda. Ini kan pake susu segar yang benar-benar fresh dari hasil pemerahan pagi ini. Yup!! Bener banget!! Subhanallah.. Sungguh sesuatu yang alami dan segar dari Allah itu tidak ada duanya!! Aku sampe nambah lagi. Oia, ini adalah satu-satunya cara memakan beras yang Popo ketahui sebelum bertemu aku. HAhahahaha… Popo, popo… Setelah makanan penutup ini seperti biasa mereka selalu ngobrol-ngobrol lama banget sambil menikmati teh hangat. Teh kali ini adalah teh dari berbagai macam bunga kering. Enak deh. Diminum tanpa gula saja sudah manis. Benar-benar sari bunga alami. Hmmmm… Wangi dan sedikit manis, tidak sepet sama sekali.