Normandy (4)

Jum’at, 28 Mei 2010

Hari ini adalah hari terakhir Johnny di Normandy dan cuaca begitu cerah. Dia harus pulang ke Gent hari ini karena besok dia harus berangkat ke Jerman untuk ambil mata kuliah pilihan terakhir. Pagi-pagi, setelah sarapan, kita anter mammon ke pasar tradisional sambil kita ke kantor pos untuk beli perangko. Setelah dari kantor pos, kita keliling pasar tradisional-nya. Pasar tradisional disini seperti pasar dadakan. Semua pedagang membangun stand-nya yang tidak tetap. Pasar tradisional ini juga tidak setiap hari buka. Barang-barang yang dijual kurang lebih sama dengan pasar tradisional di Indonesia. Mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, seafood, keju, baju, tas, aksesoris, bunga. Yang berbeda adalah beberapa jenis buah-buahan dan sayuran yang dijual, dan tentu saja penjual dan pembelinya, bule semua ^,^. Tapi disini, jelas aku yang merasa “bule”. Mereka dengan senang hati memberi tester. Senangnya punya pemandu wisata yang baik hati seperti Pauline. Dengan sabar menjelaskan semua yang aku tanya. Yang menarik ku temui disini, ada yang menjual garam yang telah dicampur dengan berbagai rempah-rempah dan penggunaan setiap garam itu pun berbeda-beda.

Suasana pasar tradisional; keju; tomat; artichoke dan asparagus; Macam-macam garam; Ikan; Macam-macam sosis babi dengan rempah-rempah; Pauline nawar strawberi

Garam yang dicampur dengan rempah-rempah ini disebut aromatized salts. Dari brosur yang dikasih pedagangnya ada 7 macam garam dan kegunaannya. Salt magic (grass of Provence, spices, salt of Guerande) direkomendasikan untuk ikan dan daging panggang. Salt flavoured with chili (salt of Guerande, chili) untuk ditambahkan pada barbeque, couscous, paella dan semua makanan oriental. Court-bouillon (stock) (onion, thyme, parsley, pepper, bay-tree, salt of Guerande) direkomendasikan untuk membuat stock (?? Aku gak ngerti stock disini maksudnya apa?) (court-bouillon) untuk kepiting, kerang dan ikan. Curry-flavoured salt akan menambah cita rasa yang nikmat pada semua makanan terutama olahan pasta dan nasi. Salt with 4 spices untuk menambah cita rasa pada semua olahan daging dan ikan. Salt with aromatics of the paludier (salt of Guerande, garlic and parsley) menguatkan rasa gurih pada daging dan ikan. Salt with pink and black pepper corns (pink bays, pepper) untuk hati bebek (foie gras) dan ikan salmon carpaccio.
Pulang dari pasar, aku bantu mammon menyiapkan makan siang, Johnny siap-siap mau pulang. Aku bantu memotong-motong tomat, nyuci sayuran untuk salad, menyiapkan raddish dan ngocok krim untuk dimakan sama strawberi sebagai makanan penutup.

Sebagai makanan pembuka pada makan siang kita kali ini adalah roti dengan mentega. Lalu masuk ke menu utama, kita makan siang dengan ikan sebelah (ikan pihi), kentang rebus, salad, dan couscous sisa kemarin tapi sekarang dicampur dengan potongan tomat jadi lebih enak rasanya dan segar. Raddishnya dimakan dengan mentega atau begitu saja. Raddish ini rasanya lebih kuat dari yang pernah aku coba di Belgia. Raddish yang aku coba di Belgia bentuknya agak bulat dan rasanya seperti bengkoang. Raddish yang dihidangkan di sini bentuknya panjang dan rasanya agak getir-getir-semriwing. Makanya kalo tidak terlalu suka sama getirnya, makannya sama mentega, jadi tidak terlalu kuat rasa getirnya. Untuk makanan penutup, strawberry dengan cream!! Beuh!! Subhanallah… Mantabs!!! Aku tahu banget kalo keluarga Pauline ini sangat peduli dengan lingkungan, semua serba organic dan makan sayur dan buah-buahan yang saat musim saja. Artinya mereka tidak makan sayur atau buah-buahan berwarna merah saat musim dingin. Buah-buahan berwarna merah adalah untuk musim panas, kalo engga, pasti buah-buahan itu datang dari jauh (Asia atau Afrika) dan ditanam di rumah kaca – begitu kata Pauline. Alhamdulillah ini sudah mulai musim strawberi, jadi mereka menghidangkannya untuk kita. Uenaaaaakkkk!! Semua yang ada disini serba alami, segar dari ladang dan ternak sendiri. Terasa sekali bedanya!! Alhamdulillah…

Setelah makan siang, aku, Pauline dan mammon buru-buru nganter Johnny ke stasiun karena udah jam 1 dan kereta Johnny berangkat jam 2 dari Caen. Perjalanan dari rumah ke stasiun kereta Caen sekitar 20 menit. Setelah mengantarkan Johnny sampai di kereta, kita jalan-jalan ke pusat kota Caen. Sembari menunggu mammon berbelanja, Pauline menunjukkan tempat-tempat menarik di Caen. Kita ke balai kota dan kastil Normandy.
Balai kota Caen ini merupakan bagian dari biara laki-laki yang didirikan oleh William the Conqueror. Biara ini didirikan sebagai ucapan terimakasih karena William diperbolehkan menikah dengan sepupunya. Selain biara laki-laki, ada juga biara perempuan namun tidak semegah biara laki-laki ini. Sekarang biara ini dibagi menjadi dua bagian. Sayap sebelah kiri digunakan sebagai balai kota dan yang kanan masih tetap sama seperti dulu sebagai gereja dimana di dalamnya terdapat makam si William the Conqueror.
Letak kastil Normandy tak jauh dari balai kota. Kita hanya menyebrang jalan dan berjalan sekitar satu blok, dan sampailah kita di kastil Normandy. Kastil Normandy didirikan pada abad ke-11 oleh William, pemimpin ke tujuh di Normandy. Setelah perang berakhir, pemerintah kota Caen mengubahnya menjadi museum Caen.

Lelah berkeliling, kita kembali ke parkiran dan bertemu mammon di sana. Lalu aku diajak berbelanja di supermarket yang menjual khusus semua barang-barang organik. Untuk ukuran supermarket memang supermarket organik ini tidak terlalu besar, tapi untuk ukuran supermarket khusus organik, ini adalah yang terbesar. Mereka berbelanja cukup banyak. Dan sebagai camilan di jalan, mereka membeli buah-buahan yang dikeringkan. Ada nanas kering, permen jahe, dan buah figue.

Buah Ara segar = buah Tin = buah Figs; Buah ara kering; Bagian dalam buah ara kering

Aku gak ngerti buah figue ini apa. Ini buah baru aku liat pertama kali di sini dalam bentuk keringnya. Bentuk segarnya, baru aku lihat di internet. Kalau dibahasa Indonesia, namanya buah tin. Ada yang tahu buah tin?

Setelah dari supermarket, kita pulang ke rumah.. capek juga jalan seharian.. aku solat dan istirahat sebentar, lalu Pauline ngajak ke pantai dekat rumah. Tapi sebelum ke pantai kita mampir ke tempat pamannya Pauline yang meminjamkan mobil untuk menjemput kita dari Gent. Kita ke rumah pamannya untuk mengambil tempat kameraku yang ketinggalan di mobilnya sekaligus mengucapkan terima kasih karena telah meminjamkan mobil. Kita bawa cokelat untuk mereka. Rumah pamannya sangatlah besar. Dari luar masih bangunan tua seperti rumah Pauline, tapi begitu masuk ke dalam, luar biasa!! Memang rumah itu sudah mengalami beberapa kali renovasi. Rumah itu sebenarnya adalah rumah milik kakek nenek Pauline dari ibunya. Lalu setelah kakek nenek Pauline meninggal, rumah itu dibeli oleh pamannya dan uangnya dibagi sama rata dengan saudara-saudarinya. Jadi di Perancis ini umumnya warisan orang tua dibagi rata kepada anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan. Kita tidak lama di rumah itu karena paman Pauline juga sedang tidak ada di rumah. Hanya bibinya saja.

Perjalanan pun dilanjutkan ke pantai. Pantai ini bukanlah pantai untuk pariwisata jadi pantai ini begitu sepi. Mungkin juga karena kita sampai sana sudah jam 6 sore. Namun saat itu air belum pasang. Ombakpun tidak ada. Kita berjalan santai menuju laut utara menikmati matahari yang tenggelam di sebelah kiri (barat). Cuaca begitu cerah hari itu. Tidak ada mendung, yang ada hanya hangatnya matahari sore. Kita berjalan dengan bertelanjang kaki mengobrol tentang alam, tentang hidup, tentang perpisahan, dan kita pun takjub dengan air yang mulai pasang. Air datang memenuhi pasir pantai lambat laun tapi pasti. Pasir yang telah bertuliskan nama-nama kita pun terhapus air pasang namun pengalaman ini tak akan terhapus begitu saja. Dan kita pun segera berbalik arah menuju selatan dan pulang.
Sampai di rumah kita menyiapkan makanan selingan untuk keluarga sepupu Pauline yang akan datang bersilaturahmi. Menu makanan selingan ini adalah wortel yang dipotong panjang-panjang, timun yang dipotong panjang-panjang juga, dan raddish. Semua sayuran ini akan dimakan dengan cara dicocol ke saus campuran yoghurt dan saus mustard. Aneh sekali rasanya. Mungkin kalo di Indonesia menu ini setara dengan lotis kali ya. Selesai menyiapkan makanan selingan dan menata ruang tamu, kita menunggu mereka sambil bermain ayunan di luar rumah. Acara silaturahmi ini tidak begitu lama. Dalam acara silaturahmi ini juga ada acara berbagi kado karena hari ini Austin berulang tahun dan Pauline juga belum dapat jatah kado di ulang tahunnya tanggal 28 April lalu.

Selesai acara, aku dan Pauline ke halaman belakang melihat sapi-sapi yang merumput dan menutup kandang ayam. Halaman belakang rumah Pauline ini sangatlah luas. Rumput hijau sebagai makanan sapi begitu segar terlihat menutupi seluruh halaman belakang ini. Di sekeliling rumah dan halaman belakang itu dibatasi dengan kawat listrik dengan tegangan rendah agar sapi tidak merusak, mengotori rumah dan merusak jemuran. Kandang ayam Pauline berupa rumah kecil. Dalam kandang ayam itu ada sebuah lemari tempat ayam bertelur dan beberapa tempat untuk ayam bertengger dan tidur. Untuk memberi tahu ayam kalau lemari ini adalah tempat untuk bertelur, mereka meletakkan telur ayam mainan sebagai pancingan.