Pertama kali mendarat di daratan Eropa, aku tinggal di kota yang bernama Gent, ibukota dan kota terbesar di Flanders Timur. Aku tiba di Gent bulan September 2009. Seharusnya memang saat itu masih musim panas, namun iklim di Belgia cepat sekali berubah dan pada bulan September itu, cuaca sudah dingin. Dingin dengan suhu sekitar 20 C. Matahari terbenam saat itu masih pukul setengah 10 malam, artinya memang masih waktu musim panas. Tapi hawa-hawa musim panas sudah tidak lagi terasa. Yang terasa adalah hawa-hawa musim gugur. Dingin, berangin, dan daun-daun mulai menguning.
Pertama kali sampai, tentunya saya dan teman saya, mas Bakti segera menjelajahi daerah sekitar tempat tinggal kami. Satu hal yang membuat saya heran (perbedaan budaya yang pertama kali saya sadari) adalah semua toko di Belgia tutup pada hari minggu dan semua toko tutup pada pukul 6 sore!! Yang mana pada pukul 6 sore saat itu, langit masih sangat terang!! Heran, di Indonesia rata-rata toko tutup pada malam hari sekitar pukul 9. Disini kok malah cuma sampai jam 6? Toko yang buka di atas jam 6 adalah “nacht winkel” atau toko yang memang buka hanya pada malam hari. tentu saja toko ini jarang dan barangnya juga pasti lebih mahal. Mencari makanan asia dan halal cukup mudah disini. Makanan halal cukup mudah dicari karena memang saya tinggal di kawasan Little Turky. Toko makanan Asia juga sama mudahnya untuk di cari, letaknya di centrum atau pusat kota yang hanya 10-15 menit berjalan kaki dari tempat tinggal.
Ya! Roda ekonomi di negeri ini memang sebagian besar berasal dari sektor formal yang memiliki badan hukum, sistem yang jelas, manajemen yang rapih, dan lain-lain. Hal ini yang membuat saya kangen dengan Indonesia yang kaya akan sektor ekonomi informalnya. Sektor ini dibangun berdasarkan struktur masyarakat atau organisasi dan bersifat mandiri. Bayangkan!! Di Indonesia, mau apapun kapanpun dimanapun tak perlu ribet. Malam-malam ingin beli pulsa, makan, belanja, pasti aja ada toko buka. Disini?? *kebiasaan yang patut dihindari — membanding-bandingkan! tapi ini normal, namanya juga baru adaptasi, asal tidak berlebihan. Tapi untungnya memang fasilitas online di Eropa lebih memudahkan misalnya untuk beli pulsa, kita gak perlu jalan ke toko pulsa.. cukup di depan kompi aja. Tapi jangan harap bisa beli nasi goreng online ya.. nunggu di depan rumah ampe tua juga gak bakal lewat!! Jadi mending ke dapur aja, masak sendiri.. Bener2 gak punya makanan apapun di kamar?? Kebangetan banget sih.. Coba ketok aja kamar sebelah.. ;p
Kalo cuaca lagi bagus, kota Gent ini indah.. Apalagi suasana di Graslei-Korenlei. Duduk di pinggir sungai, menikmati pemandangan kota Gent yang indah, ditemani segelas cokelat hangat, sepotong wafel dan seorang teman yang asyik diajak ngobrol, berbagi cerita, bertukar budaya, beradu pemikiran, mencoba melihat dunia dari sudut pandang yang lain. Oh, indahnya… *kangen saat-saat seperti itu..
Sayang aku menghabiskan waktuku di Gent dalam suasana memasuki winter. Semua berubah menjadi abu2. Sendu. Bikin homesick!!! Argh… aku tidak suka.. Saya pikir, saya tidak akan homesick. Tapi salah. Saya benar-benar at home and sick. Sendirian, bikin makin kangen sama rumah. Tapi alhamdulillah cuma masuk angin aja..
Dan tempat terbaik dalam cuaca yang tak lagi mendukung untuk kongkow di luar rumah adalah di dalam rumah itu sendiri. Saya tinggal di rumah dengan 3 teman yang lain, satu berasal dari Indonesia, satu dari Perancis, dan satu dari Taiwan. Kami pun tak jarang makan malam bersama, masak bersama, saling mencicipi masakan yang lain, mengomentari, dan tak jarang pula kami mengajak teman-teman satu program yang tinggal di rumah yang lain. Kadang pula kami pindah rumah hanya untuk makan malam bersama atau nonton film.
Dan tak terasa itu semua sudah berlalu hampir satu tahun yang lalu…